WHO Resmi Tunjuk Indonesia Sebagai Penerima Teknologi Vaksin mRNA, Ini Alasannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus resmi menunjuk Indonesia sebagai negara penerima transfer teknologi pembuatan vaksin mRNA. Keputusan ini didasari penilaian bahwa Indonesia sudah mampu menciptakan vaksin mRNA sendiri.
"Formulir pelatihan biomanufaktur global akan keluar bulan depan," terang Tedros dalam keterangan pers virtual, tadi malam Rabu (23/2/2022).
Program transfer teknologi vaksin mRNA ini merupakan bagian dari rencana WHO, Korea Selatan, dan WHO academy dalam pembentukan pusat pelatihan biomanufaktur global yang akan melayani semua negara berpenghasilan rendah dan menengah yang ingin memproduksi produk biologi, seperti vaksin, insulin, antibodi monoklonal, dan pengobatan kanker.
Langkah ini dilakukan setelah keberhasilan pembangunan pusat transfer teknologi vaksin mRNA global di Afrika Selatan.
"Kami (WHO) percaya bahwa transfer hub ini menjanjikan, tidak hanya meningkatkan ketersediaan vaksin Covid-19 secara global, tetapi juga untuk penyakit lain seperti malaria, TBC, maupun kanker," kata Tedros.
Tedros mengatakan bahwa salah satu hambatan utama keberhasilan transfer teknologi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah adalah kurangnya tenaga kerja terampil dan sistem peraturan yang lemah.
"Dengan membangun keterampilan tersebut, diharapkan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dapat memproduksi produk kesehatan yang mereka butuhkan dengan standar kualitas yang baik, sehingga mereka tidak lagi harus menunggu antrean," katanya.
Selain Indonesia, negara berpenghasilan rendah dan menengah yang mendapat mandat istimewa dari WHO ini adalah Bangladesh, Pakistan, Serbia, dan Vietnam.
"Lima negara ini diperiksa dan dinilai oleh sekelompok ahli dan membuktikan bahwa mereka memiliki kapasitas untuk menyerap teknologi mRNA serta dengan pelatihan yang ditargetkan bergerak ke tahap produksi dengan relatif cepat," ungkap laporan WHO.
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, yang ikut hadir dalam rapat WHO di Jenewa, mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang terus mendukung pemerataan vaksin dan pemerataan akses vaksin Covid-19 untuk semua negara, termasuk melalui transfer teknologi vaksin ke ke negara berkembang.
"Transfer teknologi ini akan berkontribusi pada akses yang sama ke penanggulangan kesehatan, yang akan membantu kita pulih bersama dan pulih lebih kuat. Solusi seperti inilah yang dibutuhkan negara-negara berkembang. Solusi yang memberdayakan dan memperkuat kemandirian kita, serta solusi yang memungkinkan kita berkontribusi pada ketahanan kesehatan global," kata Menteri Retno.
"Formulir pelatihan biomanufaktur global akan keluar bulan depan," terang Tedros dalam keterangan pers virtual, tadi malam Rabu (23/2/2022).
Program transfer teknologi vaksin mRNA ini merupakan bagian dari rencana WHO, Korea Selatan, dan WHO academy dalam pembentukan pusat pelatihan biomanufaktur global yang akan melayani semua negara berpenghasilan rendah dan menengah yang ingin memproduksi produk biologi, seperti vaksin, insulin, antibodi monoklonal, dan pengobatan kanker.
Langkah ini dilakukan setelah keberhasilan pembangunan pusat transfer teknologi vaksin mRNA global di Afrika Selatan.
"Kami (WHO) percaya bahwa transfer hub ini menjanjikan, tidak hanya meningkatkan ketersediaan vaksin Covid-19 secara global, tetapi juga untuk penyakit lain seperti malaria, TBC, maupun kanker," kata Tedros.
Tedros mengatakan bahwa salah satu hambatan utama keberhasilan transfer teknologi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah adalah kurangnya tenaga kerja terampil dan sistem peraturan yang lemah.
"Dengan membangun keterampilan tersebut, diharapkan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dapat memproduksi produk kesehatan yang mereka butuhkan dengan standar kualitas yang baik, sehingga mereka tidak lagi harus menunggu antrean," katanya.
Selain Indonesia, negara berpenghasilan rendah dan menengah yang mendapat mandat istimewa dari WHO ini adalah Bangladesh, Pakistan, Serbia, dan Vietnam.
"Lima negara ini diperiksa dan dinilai oleh sekelompok ahli dan membuktikan bahwa mereka memiliki kapasitas untuk menyerap teknologi mRNA serta dengan pelatihan yang ditargetkan bergerak ke tahap produksi dengan relatif cepat," ungkap laporan WHO.
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, yang ikut hadir dalam rapat WHO di Jenewa, mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang terus mendukung pemerataan vaksin dan pemerataan akses vaksin Covid-19 untuk semua negara, termasuk melalui transfer teknologi vaksin ke ke negara berkembang.
"Transfer teknologi ini akan berkontribusi pada akses yang sama ke penanggulangan kesehatan, yang akan membantu kita pulih bersama dan pulih lebih kuat. Solusi seperti inilah yang dibutuhkan negara-negara berkembang. Solusi yang memberdayakan dan memperkuat kemandirian kita, serta solusi yang memungkinkan kita berkontribusi pada ketahanan kesehatan global," kata Menteri Retno.
(hri)